Sabtu, 14 Mei 2011

MANUSIA BERDARAH HIJAU

Semua orang tahu kalau darah manusia itu merah. Bukan hanya darah manusia tetapi sebagian besar darah sebagian besar makhluk hidup lainnya itu merah. Mau orang kaya, orang miskin semuanya darahnya merah. Lalu, bagaimana kalau terdapat makhluk yang berdarah hijau di bumi ini? Apakah mereka keturunan alien? Bagaimana kalau anda sedang rual rumah, calon pembeli anda bilang bahwa dia berdarah hijau seperti tokoh Mr. Spock di film Star Trek? Pasti anda akan tertawa duluan khan.

darah hijau

Tetapi ternyata manusia berdarah hijau itu ada dan ternyata juga terdapat beberapa jenis binatang yang berdarah hijau seperti jenis katak dari Kamboja dan serangga. Darah hijau binatang ini karena darahnya tidak berfungsi membawa oksigen karena tidak memerlukan hemoglobin. Darah warna hijau di dalam dunia medis memang bisa terjadi dan di dunia medis itu dikenal dengan sebutan sulfhemoglobinaemia (SulfHb) yang merupakan turunan warna dari hemoglobin dan sulit untuk kembali normal.
Orang berdarah berwarna hijau ditemukan pada Juni 2007 oleh tim dokter anestesi Dr. Stephan Schwarz, Dr. Giuseppe Del Vicario dan Dr. Alana Flexman di Kanada. Saat itu para dokter dalam satu tim ini sedang melakukan operasi di rumah sakit Vancouver St. Paul terhadap seorang lelaki berusia 42 tahun yang masuk ke rumah sakit karena terjatuh. Para dokter tersebut sangat terkejut ketika pada sayatan pertama pada kaki sang pasien, darah yang dikeluarkan nya adalah darah yang berwarna hijau gelap bukan warna merah seperti manusia pada normalnya.

Para dokter mengadakan penelusuran ke riwayat medis sang pasien dan hasil penemuan menyatakan bahwa sang pasien ternyata sering mengkonsumsi obat sumatriptan dalam dosis besar atau 200 miligram setiap harinya untuk mengobati sakit kepala migrain sang pasien. Obat-obatan sumatriptan adalah termasuk dalam golongan sulfonamides (sulfur), merupakan obat yang mengandung senyawa belerang. Karena kandungan senyawa belerang inilah yang menyebabkan terjadinya kondisi langka yang disebut dengan sulfhaemoglobinaemia, yaitu belerang yang ada di tubuh bergabung dengan oksigen yang membawa senyawa hemoglobin di dalam sel darah merah.

Rabu, 11 Mei 2011

KEAJAIBAN SIKLUS MATAHARI

MATAHARI dalam perjalanan evolusinya sebagai sebuah bintang menunjukkan sifat-sifat dinamis, baik di lapisan luar (fotosfer, kromosfer, korona) maupun lapisan dalam. Salah satu keajaiban perilaku evolusi matahari adalah fenomena siklus aktivitas 11 tahun.

Siklus merupakan perulangan peristiwa yang biasa terjadi di alam. Siang berganti malam, akibat rotasi bumi pada porosnya. Musim silih berganti akibat kemiringan poros rotasi bumi terhadap bidang orbitnya mengitari matahari (ekuator bumi membentuk sudut 23,5 derajat terhadap bidang ekliptika). Dan matahari ternyata juga memiliki siklus aktivitas.


Berbagai perioda siklus matahari telah diidentifikasi, baik dalam jangka puluhan maupun ratusan tahun. Salah satu yang mudah diamati adalah siklus aktivitas 11 tahun. Fenomena ini bahkan sudah diketahui oleh para pengamat matahari sejak abad ke-17, mengingat metoda yang digunakan sangatlah sederhana, yaitu menghitung jumlah bintik secara rutin setiap hari.


Adalah seorang Galileo Galilei yang membuat terobosan besar dalam sejarah pengamatan astronomi. Setelah merampungkan teleskop buatan sendiri tahun 1610, salah satu benda langit yang menjadi sasaran adalah matahari. Ia takjub lantaran permukaan matahari dihiasi bintik-bintik hitam secara acak dan berkelompok. Bila diamati dari hari ke hari ternyata jumlah bintik dalam suatu kelompok berubah, demikian pula jumlah kelompok bintik secara keseluruhan.


Sayangnya, Galileo tidak melakukan observasi setiap hari dalam kurun waktu panjang. Karena itu ia bukanlah penemu salah satu misteri akbar yang menjadi bagian dari evolusi Matahari, yaitu pemunculan bintik mengikuti suatu pola tertentu atau siklus. Entah secara kebetulan, dalam kurun waktu tahun 1645 - 1715, pemunculan bintik sangat sedikit. Rentang waktu matahari dalam kondisi 'tidak aktif' ini disebut sebagai Mauder Minimum. Hal ini pula yang mungkin menyebabkan fenomena siklus aktivitas matahari tidak diketahui sebelum tahun 1715.


Satu hal yang menarik, aktivitas matahari minimum itu ternyata menyebabkan suhu seluruh muka bumi sangat dingin sepanjang tahun. Sungai di kawasan lintang rendah yang biasanya tidak membeku pun jadi beku, dan salju menutupi di berbagai belahan dunia. Tak berlebihan bila masa itu disebut Little Ice Age. Ada bukti-bukti abad es ini pernah terjadi jauh di masa lampau. Akankah bumi mengalami abad es kembali di masa yang akan datang? Pemahaman perilaku siklus matahari diharapkan dapat menjawab teka-teki ini.


Siklus Matahari


Pengamatan matahari secara sistematis mulai dilakukan di Observatorium Zurich tahun 1749, atau lebih dari seabad setelah pengamatan Galileo. Selama berpuluh-puluh tahun observatorium ini menjadi pelopor dalam pengamatan Matahari. Dari ketekunan dan jerih payah selama puluhan tahun ini, akhirnya terungkap pemunculan bintik mengikuti suatu siklus dengan perioda sekira 11 tahun.


Meski fenomena itu sudah diketahui ratusan tahun silam, perilaku atau sifat-sifat siklus aktivitas matahari 11 tahun masih merupakan topik penelitian yang relevan dilakukan oleh para peneliti pada saat ini. Entah dalam upaya untuk memahami fisika matahari maupun mengaji pengaruhnya bagi lingkungan tata surya. Khususnya, pengaruh aktivitas itu terhadap lingkungan bumi, yang lebih pupuler dengan sebutan cuaca antariksa (space weather).


Satu abad kemudian, yaitu tahun 1849, observatorium lainnya (Royal Greenwich Observatory, Inggris) memulai pengamatan Matahari secara rutin. Dengan demikian, data dari kedua observatorium tersebut saling melengkapi. Ada kalanya sebuah observatorium tidak mungkin melakukan pengamatan karena kondisi cuaca ataupun teleskop dalam perawatan.


Siklus 11 tahun aktivitas matahari merupakan suatu keajaiban alam. Bagaimana sebenarnya proses pembangkitan siklus 11 tahun itu, hingga kini masih menjadi topik penelitian menarik bagi para ahli. Dari berbagai studi yang telah dilakukan, terungkap pembangkitan siklus itu berkaitan dengan proses internal matahari. Terjadi pada suatu lapisan di bawah fotosfer yang disebut lapisan konvektif.


Lapisan konvektif mempunyai ketebalan sekira 30 dari jari-jari matahari. Namun, lapisan ini memunyai peranan penting dalam proses penjalaran energi yang dibangkitkan oleh inti matahari sebelum dipancarkan keluar dari fotosfer. Di antara inti dan lapisan konvektif terdapat lapisan radiatif.


Satu-satunya teori yang bisa menjelaskan fenomena siklus 11 tahun secara tepat adalah teori "Dinamo Matahari" (Solar Dynamo). Seorang pakar bidang ini, Prof. Hirokazu Yoshimura dari Departemen Astronomi, Universitas Tokyo, telah melakukan studi intensif proses dinamo matahari melalui simulasi 3D menggunakan komputer. Begitu ketatnya menjaga kerahasiaan penelitian yang tengah dilakukan, laboratorium tempat ia bekerja senantiasa tertutup rapat. Salah seorang staf Matahari Watukosek-LAPAN, Maspul Aini Kambry, boleh jadi satu-satunya orang Indonesia yang sering berdiskusi di dalam laboratoriumnya ketika ia mengambil program doktor.


Melalui kerja sama penelitian, mereka berhasil membuktikan adanya siklus 55 tahun (55 years grand cycle) berdasarkan hasil simulasi dinamo matahari, yang dikonfirmasi melalui analisis observasi bintik menggunakan data dari National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ). Penemuan yang dituangkan dalam tesis doktor M.A. Kambry, sempat diekspos salah satu koran terkemuka Jepang, Yomiuri Shimbun, setelah dipresentasikan dalam suatu simposium astronomi (tenmon gakkai) di Jepang, 13 tahun silam
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

Senin, 02 Mei 2011

Membangun Bangsa Berbasis Pengetahuan

         Dengan tumbuh budaya inovatif dan inventif, kita berharap dan bercita-cita akan menjadi bangsa yang makmur, bermartabat, sertadiperhitungkan bangsa-bangsa lain."PEMBANGUNAN ber tujuan meningkatkan kemajuan bangsa mela luipeningkatan kualitas hidup masyarakat. Penelitian dilakukan untukmendapat kebenaran tentang sesuatu yang belum diketahui dan dapatdipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Kedua konseptersebut dapat saling berhubungan. Pembangunan berjalan sesuai denganapa yang dicita-citakan jika ditunjang dengan penelitian yang bermutu.Hanya saja, komitmen bangsa dan dunia industri terhadap hasilpenelitian (peneliti) masih sangat rendah.Dukungan industri Untuk mencapai hasil maksimal di bidang riset,penataan lembaga riset juga perlu dilakukan dengan melibatkan sektorswasta. Industri dapat berperan dalam mendorong peningkatan risetaplikatif. Hal tersebut berpengaruh dalam pembangunan ekonomi agartidak hanya berfokus pada sumber daya alam mentah, tapi juga diarahkanke pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan melalui sentuhanperekayasaan/teknologi.Bahkan bila perlu, pemerintah memberikan tindakan tegas kepada pihakindustri yang hanya mengekspor produk mentah, sebagai bukti langkahmendorong proses pertambahan nilai dan motor penggerak dalam demandteknologi, khususnya teknologi karya anak bangsa.
                  Kalau kita simak berbagai indikator kemampuan inovasi suatu negara,daya serap teknologi di level industri di Indonesia (dengan indeks4,5) lebih rendah daripada beberapa negara tetangga seperti Thailand(5,3), Malaysia (5,8), dan Singapura (6). Begitu juga kolaborasilitbang dan industri pada 2006 di Indonesia (dengan indeks 2,8) lebihrendah jika dibandingkan dengan China (3,9), Thailand (4,2), danMalaysia (4,9) (sumber: World Bank).Memang banyak kendala dihadapi untuk membangun kolaborasi antaralembaga riset dan industri.
Salah satunya perbedaan kepentingan/sudut pandang antara pelaku risetdan pelaku usaha. Produk riset lahir dari lingkungan/budaya yang lebihfleksibel dan masih memungkinkan adanya toleransi. Sementara sektorproduksi lebih mengedepankan pentingnya nilai tambah. Selain itu,kecilnya daya serap industri yaitu lamanya waktu riset sehingga layakditerapkan, antara 5 dan 20 tahun. Lamanya waktu dan besarnya biayariset membuat industri memilih membeli lisensi produk asing. Risetsampai saat ini masih dianggap sebagai temuan ilmiah. Padahal bangsakita memiliki potensi sumber daya alam melimpah, berpotensi untuktumbuh dan mengembangkan inovasi. Dengan jumlah populasi yang lebihdari 220 juta, negara ini merupakan pasar yang besar bagi produk-produk inovasi.
             Dalam kegiatan peningkatan kemampuan inovasi, kemitraan dunia industri-lembaga riset berdasarkan PP 35/2007 yaitu (1) lisensi (paten),berdasarkan perjanjian dalam jangka waktu/ syarat tertentu; (2) kerjasama, mempertukarkan dan/atau mengintegrasikan sumber daya tertentuuntuk mendapatkan keuntungan sinergis; dan (3) pelayanan jasa iptek.Meskipun telah ada payung hukum kemitraan dunia industri-lembagariset, bahkan adanya reward berupa insentif fi skal dan nonfi skal,tetap saja kenyataannya sampai saat ini tingkat keengganan atauketerlibatan dunia industri di Indonesia terhadap hasil risetdipandang masih sangat rendah. Padahal penggunaan teknologi lokal jugamerupakan bagian dari nation branding atau pembentukan citra Indonesiadi mata dunia internasional.Dukungan pemerintah Salah satu pilar pokok menuju bangsa yang mandiriadalah riset. Kemajuan yang dicapai sejumlah negara di Asia sepertiThailand, Malaysia, dan Jepang tak lepas dari peran pemerintahmemajukan dunia riset. Anggaran riset di sejumlah departemen,kementerian, dan lembaga riset negara masih terlalu sedikit jikadibandingkan dengan perkembangan problem kehidupan dan tuntutaninovasi teknologi. Pada 2008, anggaran riset Indonesia hanya 0,07 persendari produk domestik bruto (PDB).
             Anggaran riset Thailand mencapai empat kali, dan Jepang 45 kali, lebihbanyak daripada Indonesia.
Sementara itu dana riset ideal di Indonesia seharusnya minimal 0,7 persen-1 persendari PDB. Data yang ada menunjukkan anggaran riset di KNRT dan LPNDpada 2009 hanya sebesar 0,3 persen dari APBN atau 0,04 persen dari PDB.
Tolok ukur pembangunan bangsa juga dapat dilihat dari berapa jumlah peneliti di negaratersebut. Para peneliti merupakan kelompok elite masyarakat dalam segipendidikan dan intelektualitas, umumnya berpendidikan sarjana sampaidoktor, berjumlah kurang dari 5 persen total penduduk Indonesia. Komunitaspeneliti memberikan kontribusi melalui beragam terobosan baru kayaakan inovasi dan nilai-nilai intelektual.
Keberadaan peneliti di Indonesia sampai saat ini dianggap masih belummenjadi sumber daya manusia penting untuk memajukan bangsa. Ditandaidengan tingkat kesejahteraan peneliti yang masih sangat rendah bahkanbila dibandingkan dengan koleganya, guru dan dosen.
           Secara relatif, tunjangan fungsional peneliti di Indonesia tergolongrendah jika dibandingkan dengan tanggung jawab dan beban tugasnyasebagai tenaga ahli di bidangnya. Melihat ke negeri jiran Belakanganini dengan banyaknya pemberitaan di media tentang hubungan yang kurangharmonis dengan Malaysia, profesi peneliti pun ‘terbawabawa’ terhadappermasalahan dalam negeri peneliti di Indonesia. Seperti pemaparandalam koran ini sebelumnya, ‘Nasib Peneliti di Ujung Tanduk’ yangmenyinggung perbandingan gaji profesor riset yang sudah mengabdi 38tahun dengan profesor di universitas yang perbedaannya hampir lebihdari separuh. Bahkan akan lebih jauh lagi bila dibandingkan dengangaji periset di negeri jiran, hanya kurang dari sepersepuluh dari gajiperiset Malaysia.
           Sebagai indikasi produktivitas di bidang riset, jumlah publikasiilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan Indonesia selama 10tahun dari 1992 sampai 2002 adalah sebanyak 2.948 paper. Jumlah inijauh di bawah Malaysia yang mencapai 10.674, dan hanya terpaut sedikitdengan satu, Universitas Malaya (UM), Malaysia.upaya peningkatan kesejahteraan peneliti dan menjaga agar riset yangdilakukan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat/industri. Penelitiideal tentunya adalah peneliti yang sejahtera dan berprestasi.
Selain itu, peranan anggaran riset yang ideal juga sangat krusialdalam memacu para peneliti untuk lebih menghasilkan karya ilmiah yangberguna.Salah satu tolok ukur kemajuan bangsa yakni banyaknya penemuan/inovasiyang dihasilkan. Minimnya dana riset di Indonesia memang sangatmemprihatinkan.
           Namun, di luar persoalan kurangnya anggaran, untuk mencapai hasilmaksimal di bidang riset, penataan lembaga riset juga perlu dilakukandengan melibatkan sektor swasta agar riset dapat lebih dimanfaatkan.Dengan tumbuh budaya inovatif dan inventif, kita berharap dan bercita-cita akan menjadi bangsa yang makmur, bermartabat, sertadiperhitungkan bangsa-bangsa lain. Tidak lagi menjadi kuli bangsa-bangsa di antara bangsa-bangsa.Tidak lagi menjadi bangsa pencari upah belaka dan juga tidak lagisebagai bangsa pemakan upah di antara bangsa-bangsa.Semoga riset anak bangsa akan mampu mengangkat harkat bangsa ke arahyang lebih baik dalam membangun bangsa berbasis pengetahuan.